Program Perlindungan Keanekaragaman Hayati PT BSI: Sosialisasi dan Tindakan Nyata

$rows[judul]

Banyuwangi - Program perlindungan keanekaragaman hayati yang dijalankan oleh PT BSI (PT Bumi Suksesindo) bukan hanya sebatas kata-kata, melainkan diwujudkan melalui kombinasi sosialisasi dan tindakan nyata. 

Dengan membentuk kebijakan lingkungan yang mengintegrasikan upaya pelestarian alam, perusahaan ini tidak hanya mengumpulkan data tentang flora dan fauna di area tambang emas Gunung Tumpang Pitu, tetapi juga melibatkan semua karyawan dan mitra kerja dalam pemahaman dan pelaksanaan program tersebut.



Baca Juga : PT BSI Respon Aspirasi Masyarakat Secara Terbuka dan Membangun

Langkah-langkah konservasi ini membuktikan bahwa praktik pertambangan yang dilakukan anak perusahaan PT Merdeka Copper Gold Tbk (PT MCG) tersebut bisa berdampingan dengan lestarinya flora dan fauna serta keanekaragaman hayati.


Menjadi bukti kongkrit, bekas area pertambangan PT BSI yang telah direklamasi kembali menjadi hutan, tetap menjadi habitat ratusan jenis flora dan fauna. Diantaranya satwa langka Elang Jawa dan Kukang Jawa.


Manajer Departemen Lingkungan PT BSI, Doni Roberto menjelaskan, sejak sebelum perusahaan beroperasi, melalui Departemen Lingkungan pihaknya telah melakukan studi rona awal (Baseline Study) pada 2015 terhadap keanekaragaman flora dan fauna yang hidup di Tujuh Bukit. 


Dalam studi keanekaragaman hayati ini, tambang emas Tujuh Bukit Operation melibatkan pakar, akademisi dan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) sehingga berimbang terhadap hasil studi.


“Sejak awal kami berkomitmen untuk menjaga keanekaragaman hayati di Tujuh Bukit. Untuk itu, kami butuh data rona awal sebagai panduan kami dalam pembuatan program-program konservasi ketika tambang beroperasi,” katanya, Kamis (1/2/2024).


Data dari baseline study, lanjutnya, perlu diperbaharui selama fase operasi tambang. Oleh karena itu, timnya terus melakukan pemantauan flora dan fauna secara berkala sampai saat ini. Kegiatan pemantauan ini akan berlangsung hingga perusahaan selesai beroperasi (pasca tambang).


“Dari hasil baseline study dan pemantauan berkala hingga tahun 2023, tercatat ada sebanyak 330 jenis flora dan 244 fauna di Tujuh Bukit. Sampai saat ini pemantauan terus kami lakukan untuk pengkayaan dan pembaharuan data,” ujarnya.


Setelah mengumpulkan data, PT BSI tidak kemudian hanya menyimpannya. Melalui kebijakan lingkungan, perusahaan membentuk program perlindungan keanekaragaman hayati. Tujuannya agar kebijakan ini bisa dipahami dan diikuti oleh semua karyawan dan mitra kerja. 


Kemudian Departemen Lingkungan mensosialisasikan kebijakan tersebut secara terus-menerus melalui berbagai media. Seperti induksi, rambu-rambu, poster, termasuk aksi nyata seperti inspeksi lingkungan secara berkala dan program hari lingkungan hidup yang diselenggarakan setiap tahun.


Bukan hanya sosialisasi, Perusahaan juga melakukan langkah-langkah preventif demi menjaga keanekaragaman hayati. Antara lain menetapkan area penyangga (Buffer Zone) untuk konservasi keanekaragaman hayati. 


Menyelamatkan benih dan bibit pohon lokal untuk perbanyakan yang digunakan dalam reklamasi. Mempertahankan dan atau meminimalkan penebangan pohon induk yang memiliki fungsi ekologis bagi fauna. Meminimalkan bukaan hutan sesuai kebutuhan operasional dan melakukan patroli serta pengamanan kawasan hutan.


Hal yang tidak kalah penting, PT BSI terus melakukan reklamasi lahan secara progresif. Hingga akhir 2023, perusahaan telah menyelesaikan reklamasi seluas 68,80 hektare. Hasil reklamasi tersebut kini juga menjadi habitat bagi fauna di Tujuh Bukit kawasan Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Jawa Timur.


“Kami terus berupaya agar keanekaragaman hayati di Tujuh Bukit tetap terjaga hingga tambang ini tidak lagi beroperasi,” cetus Doni. (*)