Evaluasi Tahun 2023: Dinkes Banyuwangi Gelar Rakor dan Pencanangan Vaksinasi Hepatitis B

$rows[judul]

Banyuwangi - Dinas Kesehatan Banyuwangi menggelar Rapat Koordinasi Kesehatan Triwulan ke 4. Rapat tersebut mengangkat tema “Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Serta Penanganan Masalah Kesehatan Melalui Transformasi Kesehatan Menuju Indonesia Maju.

Dalam kegiatan itu juga dirangkai dengan Pencanangan Vaksinasi Hepatitis B Bagi Tenaga Kesehatan. 

Plt. Kepala Dinas Kesehatan, Amir Hidayat mengatakan kegiatan ini merupakan langkah baik untuk evaluasi di triwulan terakhir. Evaluasi dari Januari hingga Desember 2023. 


Baca Juga : Pentingnya Vaksinasi HPV: Dinkes Banyuwangi Edukasi Masyarakat untuk Lindungi Generasi Muda

"Melalui rakor ini diharapkan dapat menjadi landasan perbaikan perencanaan , penyusunan kebijakan dan penguatan perencanaan program-program prioritas di tahun 2024," kata dia. 

Rakor tersebut diikuti oleh perwakilan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, jajaran SKPD terkait, Ketua TP PKK Kab. Banyuwangi, KKP Kab.Banyuwangi Muslimat, Aisiyah, Direktur Rumah Sakit , Kepala Puskesmas, Pimpinan Klinik , Ketua Organisasi Profesi Kesehatan dan Pimpinan Institusi Pendidikan kesehatan Se- Kabupaten Banyuwangi. 

Amir menerangkan dalam kegiatan tersebut Bupati Banyuwangi berpesan kepada para tenaga kesehatan untuk memperkuat sinergi dan kolaborasi yang berdampak bagi peningkatan derajat masyarakat baik itu dari indikator kesehatan, pendidikan, dan kejahteraan masyarakat.

"Konsep kerja yang diperkuat, diharapan menjadi suatu pegangan dan fondasi bagi kinerja lintas sektor untuk saling bahu membahu menyelesaikan berbagai laporan dari masyarakat dengan cepat dan tanggap," jelas Amir.

Sementara itu Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani mendorong adanya digitalisasi dalam layanan kesehatan di wilayah setempat.

 Menurut Ipuk, teknologi kesehatan ada tiga aspek. Pertama, di sisi penanganan kesehatannya, dalam arti teknologi peralatan kesehatannya. Pemkab terus berikhtiar melengkapinya di Banyuwangi secara bertahap sesuai kemampuan fiskal daerah.

“Kita juga terus mendapat dukungan dari Kementrian Kesehatan, seperti melengkapi 45  puskesmas se Banyuwangi dengan USG untuk memantau kehamilan para ibu. Secara rutin, juga kami datangkan dokter ahli kandungan untuk memeriksa pasien di Puskesmas. Sehingga bisa terhindar dari risiko-risiko,” beber Ipuk.

Kedua, teknologi yang mampu memudahkan pelayanan kesehatan ke rakyat. Salah satu contohnya adalah integrasi RSUD dengan seluruh puskesmas, sehingga sistem rujukan bisa cepat. Begitu pasien di puskesmas dirujuk, di RS sudah terkonfirmasi dengan segala detilnya.

“Itu baru satu contoh. Belum lagi kalau kita bicara bagaimana teknologi membantu mempersingkat waktu tunggu pasien, memudahkan pencarian rekam medis, mengurai antrean di farmasi, mengedukasi warga agar hidup sehat, mengoneksikan kebutuhan pasien Banyuwangi rujukan ke Surabaya di Rumah Singgah yang ada di sana, dan sebagainya. Tapi ini bukan soal aplikasi baru, kita harus integrasikan ke Smart Kampung,” jelas Ipuk.

Ketiga, teknologi dalam membantu manajemen rumah sakit dan puskesmas, dari sisi customer internal alias karyawan, mulai dari kinerja, administrasi, hingga reward and punishment.

Dalam kesempatan itu, Ipuk juga menegaskan agar layanan jemput bola terus digalakkan. Selain juga koordinasi yang intens antar RSUD dengan kepala puskesmas untuk mengantisipasi berbagai masalah kesehatan.

“Jangan tunggu masalah datang, RSUD dan puskesmas harus jemput bola. Cek ke lapangan. Termasuk yang terpenting adalah rutin jemput bola warga yang sakit dan ibu hamil berisiko tinggi,” kata Ipuk.